TRIAD DEWI ARAB
Jauh sebelum Islam ada, para Sabean di
Arabia menyembah Dewa Bulan yang juga dikenal Ilumquh. Ilumquh menikah dengan
Dewi Matahari, Dhat Hamym dan memiliki tiga anak perempuan di mana di daerah
itu masyarakatnya mulai menyembah. Tiga anak perempuan itu bernama Al-Lat,
Al-Uzza dan Al-Manat. Tiga dewi ini bergabung dan mereka membentuk triad tiga
dewi, seperti halnya banyak dewi lainnya di Bulan.
Ibadah sebelum Islam yang paling utama
dikaitkan adalah dengan Dewi Al-Lat, yang berarti 'Dewi'. Dia adalah satu dari
tiga dewi yang mirip dengan Dewa Yunani Lunar Kore/Demeter/Hecate. Setiap aspek
dari trinitas ini sesuai dengan fase Bulan. Dengan cara yang sama Al-Lat
memiliki tiga nama yang dikenal dengan Q're atau Bulan Sabit atau Sang Perawan.
Al-Uzza secara harfiahnya berarti 'Maha Perkasa', Bulan Purnama dan aspek
feminin/ibu. Dan Al-Manat, berarti Dewi Kegelapan tapi Penentu Takdir yang
bijaksana, Nubuat dan Ramalan. Tradisi di dalam Islam secara terus menerus
mengenal ketiga label mereka sebagai 'anak perempuan Allah'
Al-Lat dikenal sebagai Dewi Musim Semi dan
Kesuburan. Di bawah Hellenization, Al-Lat diidentifikasikan dalam budaya Yunani
sebagai Dewi Romawi Athena/Minerva dan kadang dikaitkan dengan Aphrodite atau
Urania/Venus Caelistis. Disebutkan prasasti Al-Lat berada dikisaran dari Hegra
di Arab Saudi sampai Hauran di Suriah. Mereka termasuk yang dihormati dan
dipuja sampai masa Islam berlangsung. Bahkan pada pendirian Islam, gambar
Al-Lat ada bersama dengan salah satu dari mereka, Al-Uzza.
Dewi Al Uzza, Al Lat dan Al Manat membentuk
triad di pra Islam di Arab. Mereka banyak disembah dari Nabatian Petra di Utara
mulai Kerajaan Felix Arabia di Selatan, termasuk Saba, dalam Bible adalah
Sheba, sampai jauh ke Timur seperti Iran dan Palmyra. Tiga Dewi ini sangat
populer di Mekah pada saat jamannya Muhammad.
Dari kiri ke kanan, mereka adalah Al Uzza yang artinya Maha Perkasa,
Dewi Bintang Fajar, Al Lat yang artinya Ibu, Dewi, dikenal dengan sebutan
Al-Lah atau Allah, dan AL Manat, Dewi Penguasa Takdir atau Waktu. Kadanag
mereka bertiga disebut sebagai anak-anak perempuan Al-Lah; kadang Al Manat dan Al-lat
dianggap sebagai anak Al Uzza.
Al-Uzza; Maha Perkasa, adalah salah satu
Dewa Arab yang paling dihormati, Dewi Bintang Fajar, Venus. Dia memiliki sebuah
kuil di Petra, dan kemungkinan dia juga sebagai Dewi pelindung kota itu. Isaac
dari Antiokhia, seorang penulis abad ke 5, menyebutnya sebagai Beltis atau
Lady, sebutan yang sama bagi banyak Dewi semit lainnya, dan Kaukabta, yang
artinya bintang. Dia juga mengatakan bahwa para perempuan di kota itu
menyebutkan namanya di atas atap sebagai bentuk ibadah pemujaan sebagai Dewi
Bintang. St. Epifanius dari abad ke 4 Masehi menyebutkan bahwa dia juga sebagai
Ibu Dusares, gunung lokal Allah, dan menyebut dengan nama Chaamu atau Chalmous
yang artinya gadis muda atau perawan. Dia memiliki hubungan dengan pohon akasia
di mana diyakini masyarakat melalui tiga pohon ini mereka turun/desend dan juga
merupakan tempat perlindungannya. Dia memiliki banyak kesamaannya dengan Ishtar
dan Astarte yang memiliki julukan sama sebagai Bintang Pagi dan Sore atau
Kejora, Venus, dan mereka semua memiliki aspek yang sama juga yaitu Dewi Cinta
dan Dewi Perang. Kucing besar adalah kucing suci bagi mereka. Penampilan dia di
sini dipersenjatai sebagai Bellatrix yang berdiri di depan pohon akasia, dengan
Caracal atau gurun Lynx. Dia dikaitkan dengan orang-orang Yunani, sebagai
Aphrodite Urania atau Aphrodite Surgawi.
Al-Lat, nama ini kontraksi dari nama
Al-Illahat, atau Allah, yang artinya Dewi, disebutkan oleh Herodotus sebagai
Alilat, yang identifikasikan dengan Aphrodite. Kadang dia juga disamakan dengan
Athena, dan disebut juga sebagai Ibunya para Dewa atau Maha Besar. Dia adalah
Dewi Musim Semi atau Kesuburan, Dewi Bumi yang membawa kemakmuran. Dia dan Al
Uzza kadang membingungkan, satunya populer dan satunya kurang populer. Matahari
di Saudi disebut Shams dan dianggap feminin, ini mewakili satu aspek dari
Al-Lat. Dia memiliki tempat perlindungan di kota Thaif sebelah Timur Mekkah,
dan di kenal dari Saudi sampai ke Iran. Simbolnya adalah Bulan sabit (kadang
digambarkan sebagai pertemuan Matahari dan Bulan dan membentuk sabit, dan
kalung emas yang dikenakannya adalah liontin yang menidentifikasinya. Sebagai
Dewi Kesuburan dia menggengam setumpuk gandum, dan di tangannya dia memegang
sepotong kecil kemenyan, lambang yang selalu tertera pada banyak penyangga
dupa.
Al Manat atau Manawayat nama yang berasal
dari bahasa Arab Maniya yang artinya takdir, kehancuran, kiamat, kematian atau
Menata yang artinya bagian, yang dibagikan. Dia adalah Dewa yang sangat kuno
kultusnya, kemungkinan mendahului kedua lainnya, AL Uzza dan Al Lat. Kultusnya
menyebar luas, dia sangat dipuja sebagai batu hitam di Quidad, dekat Mekkah.
Batu hitam ini ditemukan di Kuil Aphrodite dekat Paphos, Cyprus. Muhammad
mendedikasikan kembali batu hitam berada di Kabah, Mekkah. Al Manat dihubungkan
dengan ziarah besar sebagai titik awal perlindungannya bagi beberapa suku. Dia
diketahui dari yang tertulis pada prasasti Nabatean, dan makam yang ditempatkan
di bawah perlindungannya dan meminta untuk mengutuk bagi yang melanggar. Dia
ini sesuai disebut sebagai Dewi Kematian, Maniya yang dipersonafikasikan
sebagai Kematian, ini disebutkan di dalam puisi aktif yang dibawa seseorang ke
makamnya dengan mengulurkan cangkir kematian. Dia digambarkan sebagai seorang
wanita tua dengan cangkir,dan simbol-simbol di bagian bawah gaunnya mengeja
namanya menurut Sabaic (yang tidak menggunakan vocal dan ditulis dari kanan ke
kiri), M-n-t. Memudarnya Bulan digambarkan di atas kepalanya sebagai simbol
Dewi Penguasa Kematian.
Yang kurang dikenal adalah pohon Akasia,
atau sekelompok pohon Akasia, ini adalah simbol dari Al Uzza, Dewi Arab simbol
kelahiran, kematian, pernikahan, perang, penyerangan, Zodiac, perubahan musim
ke musim, tentu saja juga benda-benda di langit, Venus sebagai Bintang Fajar,
Hijau warna sucinya, dan diadopsi Islam sebagai warna favorit khusus lambang
Islam. Meteorit, misalnya, seperti batu hitam di Kabah (kubus) adalah batu
sucinya. Al Uzza menerima penawaran atas darah sebagai pengorbanan manusia dan
hewan. Akasia, seperti yang tadi baru dijelaskan, itu juga adalah pohon
sucinya. Di bawah pohon Akasia para sahabat Muhammad mengambil janji kesetiaan
sebelum penandatanganan Perjanjian Hudaibiya, perjanjian yang membawa kemenangan
politik di seluruh Arabia.
Akasia adalah salah satu simbol utama
Freemasonry, seperti diakui di dalam "Moral dan Dogma" oleh Albert
Pike. Setangkai Akasia memainkan bagian penting di dalam ritual derajat ketiga,
setangkai Akasia kadang diletakkan di kuburan atau di peti mati di pemakaman
Masonik dan juga terlihat pada gelar Cordon 14. Sebagai salah satu fakta, di
mana Masonry mengklaim telah meminjam sebagian besar pencitraannya, duri Akasia
sebagai simbol kelahiran dan kematian Ibu Dewi Neith. Dalam Perjanjian Lama,
Masonry juga memelintir banyak untuk menambah dekorasi Temple-Temple.
Dikatakan, Akasia telah digunakan dalam pembangunan Tabernakel dari Perjanjian
Ark. Beberapa Freemason juga mengklaim bahwa mahkota yang dikenakan pada Yesus
Kristus pada penyalibannya terbuat dari duri Akasia dan salibnya dari kayu
Akasia, sebagai bagian dari upaya aneh untuk 'membuktikan' bahwa Yesus Kristus
sendiri adalah seorang "Freemason Terkenal"
dari berbagai sumber